Pemborosan Menemani Langkah Milenial

Alamattempat.com - Generasi milenial yang notabene anak muda abad 21 mempunyai pandangan sukses yang sangat baik, namun sayangnya pemborosan keuangan menjadi bagian dari langkah mereka.
Pemborosan yang dimaksud bukan dari satu atau dua aspek saja melainkan semua sisi kehidupan para generasi milenial. Dibilang masa depan sukses juga belum pasti tapi pengeluaran untuk melangkah sudah sangat besar.
Entah kenapa menilai generasi milenial yang sekarang selalu berada jarak yang jauh dari kata hemat, bahkan mulai dari lingkungan pendidikan sudah terbilang sangat glamor.
Faktor Penyebab Borosnya Milenial
Sebelum mengulas penyebab borosnya generasi milenial, akan lebih baik melihat perbandingan dari era 80-90 an. Ketika itu semua yang ingin didapatkan harus dengan usaha yang susah payah.
Bayangkan untuk minum teh saja butuh tahap tahap yang cukup panjang, mulai dari memilih daun teh nya, merebus, menakar gula dan menunggu tehnya matang.
Itu baru hal sederhana seperti membuat teh, belum lagi dari semua perihal kehidupan termasuk bagian yang sulit seperti menahan lapar ketika tidak ada makanan. Cara mengatur keuangan rumah tangga agar tidak boros.
Kembali ke masa ini dengan anak mudanya yang bergelar generasi milenial. Hampir jarang sekali ada anak muda yang mondar mandir didapur membuat minumannya sendiri, semua serba mudah tinggal ambil minuman kemasan saset, tuang air panas dari dispenser diaduk dan jadi.
Tapi disisi lain semua hal tersebut tidak terlepas dari sebuah proses yang "apa apa didapat dari beli". Yap semua hal yang dilakukan semuanya dari proses membeli dan bukan membuat atau mengusahakannya sendiri.
Bubuk minuman saset beli, air galon beli, dispenser beli dan pasti listriknya bayar bukan ? Dari hal sepele saja sudah terlihat kebutuhan para generasi milenial didapat dari membeli. Karenanya pemborosan hampir tidak bisa dibedakan dengan kebutuhan.
Secara gamblang bisa dilihat dari cara orang sekarang dan orang beberapa dekade lalu mendapatkan sebuah barang. Dahulu prinsip yang biasa terucap "bagaimana membuatnya?" sedangkan sekarang pastilah "dimana membelinya?".
Efek Borosnya Generasi Milenial

Prinsip, cara hidup, dan langkah penyelesaian masalah era sekarang sudah berbanding terbalik dengan satu dua generasi sebelumnya. Semua serba instant semua serba mudah dibeli.
Bukan tanpa efek samping, sebab akibat akan selalu berlaku di generasi keberapapun. Efek dari mudahnya mendapatkan sesuatu dengan cara membeli akan melemahkan kemampuan bertahan pada sisi mental dan mindset seseorang.
Bayangkan misalnya soal keuangan, pada dua generasi yang lalu uang bukanlah hal yang utama karena tanpa adanya uang pun seseorang masih bisa makan dengan mencari hasil alam. Kemampuan bertahan hidup sangat kuat meskipun dalam kondisi sedikitnya alat tukar.
Untuk masa sekarang efek yang terjadi justru sebaliknya, mental dan mindset akan cepat melemah dan putus asa ketika dihadapkan dengan kondisi keuangan yang menipis.
Ketika tidak ada uang misalnya, seseorang dari generasi milenial tidak berpikir bagaimana mendapatkan sesuatu tersebut dengan usaha sendiri melainkan bagaimana cara memiliki uang dalam waktu singkat untuk mendapatkan sesuatu tersebut.
Efek dominonya tradisi gotong royong dan saling mengayomi akan tersisih dan tergantikan dengan mental kompetisi saling menjatuhkan satu sama lain.
Masuk ke segmen keuangan hampir semua generasi milenial berpikiran untuk mendapatkan uang dengan mudah tanpa memperdulikan jalan yang diambil benar atau salah.
Akhirnya dengan perputaran langkah tersebut bukanlah cara hidup hemat yang diterapkan melainkan polah hidup boros yang dominan.
Bagaimana tidak ? Semua yang di inginkan atau dibutuhkan hanya terpikirkan dengan cara dibeli tanpa memandang sisi kemampuan yang lain.
Kesempatan Milenial Keluar dari Pola Hidup Boros
Berbicara kesempatan seorang milenial keluar dari cara hidup yang boros mungkin bisa dikatakan sangat tipis. Jika dipersentasekan hanya sekitar 15% generasi milenial terbebas dari perilaku pemborosan.
Selebihnya pengaruh lingkungan dengan gaya hidup serba dibeli akan memenangkan pengaruh ke cara pandang seorang milenial.
Adapun saran yang bisa diberikan, generasi milenial harus mau membuka pikiran dan menerima pembelajaran dari generasi generasi sebelumnya. Bukan dalam ranah pendidikan formal melainkan aspek pendidikan moral dan etika.
Sehingga akan terbentuk sebuah kepribadian yang mendahulukan kemampuan diri daripada kemampuan sebuah alat tukar. Dengan begitu para generasi milenial akan lebih mampu dan lebih kuat menghadapi kondisi keuangan yang sulit.